Rabu, 01 Februari 2012

Sepenggal tentang Idola: Dewa 19 (selalu ada dihati)

  Blantika musik Indonesia rasanya tak bisa dilepaskan dari kiprah Dewa 19. Band yang telah meraih kesuksesan sepanjang dekade 1990-an dan 2000-an ini belum lama berselang mencuat namanya. Ya, kabar terbaru menyebutkan, Dewa 19 memutuskan menjadi band nostalgia, tepat setahun setelah ditinggalkan sang vokalis Elfonda Mikel atau akrab disapa Once.  Sang Nahkoda Ahmad Dhani secara tersirat mengatakan vakumnya band yang sudah meraih banyak penghargaan ini.
Dewa 19 memang istimewa. Sepanjang perjalanan kariernya, Dewa 19 menerima banyak penghargaan, baik BASF Awards maupun AMI Awards. Mereka juga pernah meraih penghargaan LibForAll Award di Amerika Serikat atas kontribusi mereka pada upaya perdamaian dan toleransi beragama. Pada tahun 2008, Dewa 19 masuk ke dalam daftar “The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa” oleh majalah Rolling Stone.


Dewa 19 yang pernah berganti nama menjadi Dewa itu diakui sebagai salah satu legenda atau ikon terbesar dalam sejarah musik populer Indonesia. Di balik kebesaran nama Dewa 19 adalah nama Ahmad Dhani yang mengomandoi sekaligus menentukan arah musik Dewa 19. Sosok kontroversial ini akhir-akhir ini semakin berkibar dengan proyek manajemen artisnya Republik Cinta Manajemen yang mempopulerkan Mulan Jameela, Maha Dewi, The Virgin hingga Triad.
Dhani-lah yang akhirnya memutuskan menjadikan Dewa 19 sebagai band nostalgia. Lalu apakah ini akan menjadi akhir dari Dewa 19?. Tentu tidak kita harapkan. Band ini terhitung sudah memunculkan sejumlah album yang laris manis di pasaran seperti album Bintang Lima tahun 2000 lalu yang menjadi salah satu album terlaris di Indonesia dengan penjualan hampir 2 juta keeping. Bahkan pada tahun 2005, majalah Hai menobatkan Dewa 19 sebagai band terkaya di Indonesia dengan pendapatan mencapai lebih dari 14 milliar setahun.
Dewa kali pertama dibentuk pada tahun 1986 oleh empat orang siswa SMP Negeri 6 Surabaya. Nama Dewa merupakan akronim dari nama mereka berempat: Dhani Ahmad (keyboard, vokal), Erwin Prasetya (bass), Wawan Juniarso (drum) dan Andra Junaidi (gitar). Kehadiran mereka di blantika musik Indonesia diawali dengan album bertajuk Dewa 19 tahun 1992 yang meledak di pasaran. Sehingga Team Records yang notabene merupakan label kecil terpaksa meminta Aquarius Musikindo untuk mengabil alih produksi album ini. Album inipun langsung 2 penghargaan di BASF Awards 1993, masing-masing untuk kategori “Pendatang Baru Terbaik” dan “Album Terlaris 1993”. Disusul album-album “Format Masa Depan”,  “Terbaik Terbaik” dan “Pandawa Lima”.
Setelah kesuksesan-kesuksesan tersebut,  Dewa 19 mulai didera berbagai masalah dan gonta-ganti personel. Pada 4 Juni 1998, Wong Aksan resmi dikeluarkan dari Dewa 19 akibat permainannya yang terlalu kental dengan corak jazz. Ia digantikan Bimo Sulaksono yang merupakan mantan anggota Netral yang tak lama kemudian keluar dan bergabung dengan Bebi untuk membentuk grup Romeo. Dewa 19 juga menghadapi masalah akibat dua personelnya, Ari Lasso dan Erwin Prasetya mengalami ketergantungan berat Narkoba. Selain menghancurkan kehidupan pribadi mereka, Narkoba juga melumpuhkan seluruh aktivitas Dewa 19. Berbagai tawaran manggung terpaksa ditolak dan dibatalkan karena sering pada saat manggung, Ari tampil dengan kondisi yang memprihatinkan. Dewa 19 kemudian vakum. Tahun 1997, Elfonda Mekel atau Once akhirnya direkrut menjadi vokalis baru Dewa 19 menggantikan Ari Lasso.
Masalah kembali menimpa Dewa 19 menyangkut sampul album Laskar Cinta yang memuat logo seperti kaligrafi Allah. Perseteruan ini sempat berbuntut pada pelaporan Dewa 19 ke polisi oleh Front Pembela Islam. Setelah saling melempar komentar-komentar panas di media sebelum akhirnya Dewa 19 sepakat mengubah logo dalam sampul album “Laskar Cinta”.
Kesuksesan di dalam negeri membuat Dewa mencoba peruntungannya di kancah Internasional. Mereka kemudian menandatangani kontrak untuk 3 album dengan EMI Music International Hong Kong yang berlaku per 1 Januari 2006. Mereka kemudian mengeluarkan album bertajuk Republik Cinta pada awal tahun 2006 dalam 2 versi, yakni untuk pasar Indonesia dan pasar internasional. Sebelum merilis album ini, pada tanggal 12 Desember 2005, Dewa dan EMI telah melempar singel berjudul “Laskar Cinta” di 150 radio di Indonesia. “Laskar Cinta” sendiri mengangkat isu terorisme dan kekerasan, terinspirasi oleh perseteruan Dewa dengan FPI beberapa waktu sebelumnya.
Adalah tulisan KH Abdurrahman Wahid di The New York Times, koran terkemuka di Amerika Serikat, telah mengantarkan nama Dewa 19 ke negara tersebut. Dewa mendapatkan penghargaan LibForAll Award di Amerika Serikat atas lagu “Warriors of Love” (versi bahasa Inggris “Laskar Cinta”) yang dinilai menyerukan perdamaian dan toleransi beragama. Penghargaan ini diserahkan langsung CEO LibForAll Foundation, Holland Taylor di New York, Amerika Serikat.
Sejumlah penghargaan dalam negeri juga terus diterima Dewa 19. Album Republik Cinta berhasil membuahkan penghargaan di AMI Awards 2006. Dewa 19 berhasil meraih penghargaan “Grup Rock Terbaik” dan “Album Terbaik”. Pada bulan Maret 2006, album ini juga meraih sertifikat platinum di Malaysia.  Pada tahun ini, Dewa 19 bahkan dinobatkan sebagai “Duta Surabaya” atas kesuksesan dan prestasi mereka sebagai grup musik yang berasal dari Surabaya.

sumber: Soloposfm.com

5 komentar:

  1. Menulisnya dengan sedih, atau senyum dengan kebanggaan, atau gimana nih ?

    Secara kan ... pecinta sejati ,,, : )

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedih aku...kangen.. pengen liat dewa perform lagi.. hiks..hiks..

      Hapus
    2. Makanya, kangennya ma aku aja ...

      Gak tak biarin sedih deeehh,
      dari pada Dewa gitu, hehehehehe,,

      Bercanda, : ) : D

      Hapus
  2. Balasan
    1. Beneran apa nya @y .. ?


      Kalau gak tak biarin sedih, iya donk ...
      Makanya, cepet kerumah ya ?
      I'll be waithing for you ... hehehehe.

      Hapus