Kemarin, 5 februari 2012 presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) muncul lagi di depan media dan televisi, lagi-lagi bukan karena masalah ekonomi rakyat atau sarana pendidikan dan infra struktur di daerah yang sangat mengkhawatirkan akhir-akhir ini, tapi beliau berbicara tentang nasib partainya. Masyarakat tentunya tahu apa yang sedang terjadi dan menjadi trending topik di berbagai media, yaitu tentang para petinggi partai Demokrat yang bermasalah karena diduga menggelapkan uang alias korupsi. Sebenarnya sangat ironis memang, kita lebih banyak melihat presiden RI muncul di televisi untuk berbicara tentang partainya daripada berbicara mengenai kepentingan seluruh masyarakat Indonesia, serasa beliau adalah presiden Demokrat saja, atau dianggap semua rakyatnya pemilih partai yang itu saja.
Masalah dugaan korupsi ini berawal dari aliran dana untuk pembuatan wisma atlet Seagames di Palembang kemarin yang tidak transparan. Orang-orang petinggi kader Demokrat yang diduga terlibat dalam kasus tersebuat adalah mulai dari Nazzarudin, Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum, dan yang terakhir yang sudah ditetapkan menjadi tersangka adalah Angelina Sondakh. Hal ini tentu saja membuat presiden SBY yang sekaligus sebagai ketua dewan pembina dan juga pendiri partai demokrat itu menjadi galau dan mungkin jengkel. Akhirnya beliau pun berbicara di media, kita tahu, pencitraan mungkin adalah yang utama menurut beliau. Jika terjadi sesuatu yang bisa membuat citra partai demokrat jelek pastilah beliau sebagai orang pertama yang tidak terima. Disebutkan dalam pidatonya bahwa semua kader partai yang nyeleweng atau bermasalah akan ditindak tegas, yakni dikeluarkan dari partai. keputusan yang bagus dan tegas. Tapi apakah itu jalan yang terbaik, jikalau kebanyakan petinggi partai itu bermasalah dengan hukum, bukankah petinggi partainya habis nantinya.. waaah.. ya gawat kalau begitu.
Kalau menurut saya, kader yang seperti itu wajar saja, karena itu memang usaha untuk mengembalikan modal yang dulu sudah dikeluarkan agar bisa jadi orang penting di parlemen ataupun di partai. Pastilah dulu uang yang dikeluarkan begitu banyak, jadi harus pintar-pintar cari masukan dari jalur belakang, karena gajinya tidak cukup untuk balik modal sementara masa jabatannya hanya selama 5 tahun, makannya korupsi. Itu hal yang masuk akal dan juga kausatif karena dari awal perjalanannya saja sudah tidak jujur. Yah, partai yang naiknya instan mungkin juga akan turun secara instan pula, karena ulah pengurus partai itu sendiri.
Banyak juga orang yang berpendapat kalau itu karma atas perbuatan tidak jujur para petinggi partai dalam mencapai puncak popularitas dulu, juga perbuatan mereka yang telah menyelundupkan uang negara. jadi sekarang terima saja akibatnya. Masyarakat juga bisa dan berhak menilai apa yang terjadi di negara ini, maka tidak heran kalau banyak lembaga survei yang menyatakan kalau popularitas partai Demokrat turun drastis dibawah partai Golkar dan PDIP.
Saya pribadi hanya berharap semoga siapa saja yang salah akan terlihat dan mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Dan juga harapan bagi bapak presiden kita, supaya jangan terlalu banyak ikut mencampuri urusan partai demokrat lagi, tapi lebih fokus ke urusan negara. Partai itu bukankah sudah ada ketua umumnya, biarkan dia yang menyelesaikan permasalahannya. Nanti malah tambah galau terus bisa jadi bikin album Galau..hehe. Jadi kalau kita melihat presiden berbicara di televisi itu bukan lagi masalah tentang partai, tapi lebih banyak masalah masyarakat Indonesia seluruhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar